Kamis, 20 November 2014



ONE DAY AFTER THAT

Disuatu pagi kelas sepi, bangku di atas meja yang masih berdiri. Lantai kelas yang dingin terpampang daftar nama-nama siswa piket harian disebelah meja guru. Semuanya itu akan menjadi saksi ilmu-ilmu yang dengan ikhlas mereka berikan, dengan tulus mereka ajarkan. Dihadapan kita tersusun bejajar kursi-kursi yang penuh kenangan, warna dan wajah-wajah sirna. Wajah-wajah yang pernah mengisi kelas dengan nafas, pernah mengisi kelas dengan absensinya, pernah mengambil ilmu dari papan tulis di hadapannya.

Sekarang tataplah lekat-lekatsudut-sudut ruang kelas yang sepi senyap. Sejenak mungkin kita dihantarkan pada hari-hari yang baru kita lewati. Tertawa bersama, berfoto-foto dengan narsisnya, jalan-jalan bersama, bernyanyi dengan seenaknya tanpa pernah berfikir bahwasanya ada hari dimana kita terpatung bisu menatap proyektor hati yang tengah mereka ulang semua hal indah yang pernah dan sudah kita lewati. Kita baru tersadar bahwa perpisahan memang menyakitkan, memang sulit meninggal sebuah abstrak bernama kenangan. Terlebih saat dimana SMK, saat-saat terakhir mengecap putih abu-abu, saat terakhir menduduki bangku pelajar yang tak akan pernah ada yang seindah ini lagi. Dengan tatap setengah sadar kita mencoba memanggilkan wajah-wajah kenangan disudut kelas ini, namun tiap ratusan kenangan yang hadir justru membuat kita tak kuasa menahan rasa. Ya, kita seakan menghirup nada sesaknya rindu, mereka seakan hidup lagi dikelas ini dan ada. Bersama di tangah-tengah kita. Mereka seakan mengajak kita berbicara, dan bertanya tentang PR, soal-soal, tugas, dan pelajaran-pelajaran yang belum dimengerti. Mereka tersenyum ingin rasanya membagi kebahagiaan bersama kita. Beberapa sahabat menegur kita dengan keramahannya, terasa kental persaudaraan yang tercipta. Namun ada juga wajah sahabat yang tengah sedih karena masalahnya, dan menunggu kita untuk membantunya.

Ingatlah ketika kita belajar bersama untuk menghadapi tantangan UJIAN PRAKTEK dan UJIAN NASIONAL! Dengan peluh payah susah memaksa diri untuk mengerti semua pelajaran. Kita terkadang belajar hingga larut malam dengan harapan bisa lulus sebuah “Ujian” yang sebenarnya justru akan memisahkan kita. Ingat saat kita membawa bekal dari rumah masing-masing dan memakannya bersama dikelas, ah... terasa sekali kenikmatannya. Setelah itu kita belajar belajar dan belajar. Otak kita seakan didoktrin untuk harus mengerti pelajaran, meski untuk itu ada juga diantara kita ada yang terngantuk bahkan mungkin tidur mendengar cuapan guru yang kita cintai.
Berdo’alah, belajarlah,berusahalah semoga “kelulusan dan kesuksesan” itu dapat kita genggam. ‘kelulusan” itu suatu hari nanti pasti akan menghantarkan kita kembali di kelas ini. Membuat fikiran kita menerawang, menatap lagi gambaran sahabat-sahabat kita yang di dada terasa membuncah kangen akannya... senyumnya, sedihnya, tawanya, tangisnya, pinternya, bodohnya dan juga konyolnya. Semua kejadian-kejadian bertumpuk dihadapan mata kita, semuanya seakan hidup kembali, yaaa dokelas ini......

Nmun sayangnya itu tak akan pernah ada lagi ketika kita lulus dari SMKN17 Jakarta Barat yang kita cintai ini. Bayangan itu hanya abadi di dinding-dinding kelas dan hanya bisa dicerna dan dimakna oleh siswa yang benar-benar mempunyai kerinduan yang dalam serta kecintaan yang besar akan kelasnya, dan juga sahabat-sahabatnya.

Lambat lain kita kembali ke dunia nyata kelas yang sepi. Lantai yang dingin. Dan dinding-dinding yang masih menyisakan wajah-wajah senyum. Detak detik-detik jam boleh saja kembali menghantarkan kita kebelakang dan kembali pada proyektor masa lalu,namun satu hal yang pastinya terjadi: wajahnya telahlah sirna. Takkan pernah lagi kita jumpai wajah-wajah yang tegar, wajah-wajah yang penuh semangat, wajah-wajah yang murah akan senyum, wajah-wajah ceria, wajah-wajah yang konyol dari sahabat kita, yang iseng dan suka ngejahilin, wajah-wajah yang pintar, pendiam, cerdas, kreatif, wajah-wajah yang jenius.

Wajah-wajah saat antar sahabat saling bermusuhan, ngambekan, cuekan, dan akhirnya baikan lagi, menjadi sebuah siklus indah menghiasi warna persahabatan. Ingatlah wajah sahabat kita yang terbaring lemah dirumah sakit karena sakitnya, ia tidak bisa sekolah. Tentu jika mereka ingin bicara, mereka ingin lekas segera sembuh, untuk kembali melangkah melewati kelas-kelas, piket, membuang sampah, dan belajar seperti adanya kita. Lihatlah wajah sahabat kita yang sayu,  yang terlihat pucat, pucat, lemah namun tetap nekat untuk sekolah. Ia masih menghadirkan sebuah senyuman untuk kita meski kita tahu senyumannya yang ia berikan itu berat untuk dihadiahkan kepada kita.

Sahabat adalah seseorang yang paling berharga didunia, ia tak akan pernah dikalahkan oleh sosok pengganti lainnya karena dia adalah bagian dari segalanya, ia adalah cinta, ia adalah wajah-wajah yang mampu membuat kita hidup dalam kehidupan, ia membuat kita bangkit dalam kebangkitan. Sahabat adalah paling berharga didunia dan tak akan terganti tempatnya karena dia adalah kita, karena kita adalah dia. Dia memberi tahu tentang 5W1H apapun pertanyaan kita. Dia orang tua, dia guru,dia kakak, dia adik, dan dia juga diri kita. Ya, jika kita tahu itu, tentunya kita ingin mengulang dan memutar kembali waktu yang sudah kita lewati, dan memperbaiki pandangan kita bahwa sahabat sangatlah begitu berarti. Ya, semua itu sudah tercatat dalam buku harian sanubari... tapi sayangnya kita tak akan bisa mengulang dari awal kenangan yang tercatat diakhir tahun-tahun kedewasaan, lagi...


 Sumber: http://m.facebook.com/notes/puisi-artikel-sbgai-ungkapan-isi-hati-islami/wajah-kalian-yang -akan-segera-sirna-perpisahan/10150602680332083


ingin foto kenangan kita saat kunjungan industri


ini foto saat kita kasih supprise ke guru tercinta kita

ini foto saat kita nonton bareng dikelas pada jam pulang
 

ini foto kita saat ada kebersihan dan keindahan kelas


Dimana ada pertemuan pasti disitulah ada perpisahan . tentu setiap kita tahu bahwa sebuah hal yang berjudul perpisahan adalah menyakitkan atau paling tidak menyedihkan.

Tentu saja kalian penah melewati one day after that saat tamat SMP pasti sudah merasakan hal yang satu ini. Pas SMP kita dengan beberapa sahabat yang kita cintai berpisah, tentu sebenarnya kita tidak menginginkannya itu. Tapi karena dasar “cita-cita”, persahabatan memang kadang mesti harus berpisah. Kita sangat sulit menerima takdir, kecuali pda sebelumnya kita menciptakan/memberikan sebuah kenangan yang amat indah dan berkesan.

So, mulai sekarang mari kita semua curahin semuanya dengan sahabat-sahabat kita. Kalau perlu simpan kenangan-kenangan itu jangan biarkan kita mampu melupakan saat-saat putih abu-abu seperti ini berlalu. Ingat hari-hari yang terasa sempurna, andai kita bisa mengabdikan kesempatan itu. Dalam foto-foto diatas yang terpampang jelas. Mungkin saat ini kita belum bisa memberikan kebahagiaan, belum bisa membuat senyum diwajah mereka, sekarang sudah saatnyakita berikan curahan kebahagiaan yang tertunda, sudah saatnya kita membalas kebaikan mereka dengan sepenuh hati, jangan sampai dan jangan biarkan kebersamaan kita yang hanya tinggal hitungan bulan sia-sia karena kita melewatinya dengan biasa, dan kita masih punya hutang kebahagiaan dengan mereka. Ya, mulai sekarang berikan yang terbaik untuk sahabat kita. Ciptakan suasana hidup yang jauh lebih hidup di kelas kita.

Kita semua tahu kita semua akan berpisah, tapi berikan sesuatu yang terbaik sebelum perpisahan itu datang, karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi nantinya dengan sahabat kita, dan ketika itu sudah tidak ada gunanya lagi penyesalan kita...
 

0 komentar :

Posting Komentar