ONE DAY AFTER THAT
Disuatu
pagi kelas sepi, bangku di atas meja yang masih berdiri. Lantai kelas yang
dingin terpampang daftar nama-nama siswa piket harian disebelah meja guru.
Semuanya itu akan menjadi saksi ilmu-ilmu yang dengan ikhlas mereka berikan,
dengan tulus mereka ajarkan. Dihadapan kita tersusun bejajar kursi-kursi yang
penuh kenangan, warna dan wajah-wajah sirna. Wajah-wajah yang pernah mengisi
kelas dengan nafas, pernah mengisi kelas dengan absensinya, pernah mengambil
ilmu dari papan tulis di hadapannya.
Sekarang
tataplah lekat-lekatsudut-sudut ruang kelas yang sepi senyap. Sejenak mungkin
kita dihantarkan pada hari-hari yang baru kita lewati. Tertawa bersama,
berfoto-foto dengan narsisnya, jalan-jalan bersama, bernyanyi dengan seenaknya
tanpa pernah berfikir bahwasanya ada hari dimana kita terpatung bisu menatap
proyektor hati yang tengah mereka ulang semua hal indah yang pernah dan sudah
kita lewati. Kita baru tersadar bahwa perpisahan memang menyakitkan, memang
sulit meninggal sebuah abstrak bernama kenangan. Terlebih saat dimana SMK,
saat-saat terakhir mengecap putih abu-abu, saat terakhir menduduki bangku
pelajar yang tak akan pernah ada yang seindah ini lagi. Dengan tatap setengah
sadar kita mencoba memanggilkan wajah-wajah kenangan disudut kelas ini, namun
tiap ratusan kenangan yang hadir justru membuat kita tak kuasa menahan rasa.
Ya, kita seakan menghirup nada sesaknya rindu, mereka seakan hidup lagi dikelas
ini dan ada. Bersama di tangah-tengah kita. Mereka seakan mengajak kita
berbicara, dan bertanya tentang PR, soal-soal, tugas, dan pelajaran-pelajaran
yang belum dimengerti. Mereka tersenyum ingin rasanya membagi kebahagiaan
bersama kita. Beberapa sahabat menegur kita dengan keramahannya, terasa kental
persaudaraan yang tercipta. Namun ada juga wajah sahabat yang tengah sedih
karena masalahnya, dan menunggu kita untuk membantunya.
Ingatlah
ketika kita belajar bersama untuk menghadapi tantangan UJIAN PRAKTEK dan UJIAN
NASIONAL! Dengan peluh payah susah memaksa diri untuk mengerti semua pelajaran.
Kita terkadang belajar hingga larut malam dengan harapan bisa lulus sebuah
“Ujian” yang sebenarnya justru akan memisahkan kita. Ingat saat kita membawa
bekal dari rumah masing-masing dan memakannya bersama dikelas, ah... terasa
sekali kenikmatannya. Setelah itu kita belajar belajar dan belajar. Otak kita
seakan didoktrin untuk harus mengerti pelajaran, meski untuk itu ada juga
diantara kita ada yang terngantuk bahkan mungkin tidur mendengar cuapan guru
yang kita cintai.
Berdo’alah,
belajarlah,berusahalah semoga “kelulusan dan kesuksesan” itu dapat kita genggam.
‘kelulusan” itu suatu hari nanti pasti akan menghantarkan kita kembali di kelas
ini. Membuat fikiran kita menerawang, menatap lagi gambaran sahabat-sahabat
kita yang di dada terasa membuncah kangen akannya... senyumnya, sedihnya,
tawanya, tangisnya, pinternya, bodohnya dan juga konyolnya. Semua
kejadian-kejadian bertumpuk dihadapan mata kita, semuanya seakan hidup kembali,
yaaa dokelas ini......
Nmun
sayangnya itu tak akan pernah ada lagi ketika kita lulus dari SMKN17 Jakarta
Barat yang kita cintai ini. Bayangan itu hanya abadi di dinding-dinding kelas
dan hanya bisa dicerna dan dimakna oleh siswa yang benar-benar mempunyai
kerinduan yang dalam serta kecintaan yang besar akan kelasnya, dan juga
sahabat-sahabatnya.
Lambat
lain kita kembali ke dunia nyata kelas yang sepi. Lantai yang dingin. Dan dinding-dinding
yang masih menyisakan wajah-wajah senyum. Detak detik-detik jam boleh saja
kembali menghantarkan kita kebelakang dan kembali pada proyektor masa lalu,namun
satu hal yang pastinya terjadi: wajahnya telahlah sirna. Takkan pernah lagi
kita jumpai wajah-wajah yang tegar, wajah-wajah yang penuh semangat,
wajah-wajah yang murah akan senyum, wajah-wajah ceria, wajah-wajah yang konyol
dari sahabat kita, yang iseng dan suka ngejahilin, wajah-wajah yang pintar,
pendiam, cerdas, kreatif, wajah-wajah yang jenius.
Wajah-wajah
saat antar sahabat saling bermusuhan, ngambekan, cuekan, dan akhirnya baikan
lagi, menjadi sebuah siklus indah menghiasi warna persahabatan. Ingatlah wajah
sahabat kita yang terbaring lemah dirumah sakit karena sakitnya, ia tidak bisa
sekolah. Tentu jika mereka ingin bicara, mereka ingin lekas segera sembuh,
untuk kembali melangkah melewati kelas-kelas, piket, membuang sampah, dan
belajar seperti adanya kita. Lihatlah wajah sahabat kita yang sayu, yang terlihat pucat, pucat, lemah namun tetap
nekat untuk sekolah. Ia masih menghadirkan sebuah senyuman untuk kita meski
kita tahu senyumannya yang ia berikan itu berat untuk dihadiahkan kepada kita.
Sahabat
adalah seseorang yang paling berharga didunia, ia tak akan pernah dikalahkan
oleh sosok pengganti lainnya karena dia adalah bagian dari segalanya, ia adalah
cinta, ia adalah wajah-wajah yang mampu membuat kita hidup dalam kehidupan, ia
membuat kita bangkit dalam kebangkitan. Sahabat adalah paling berharga didunia
dan tak akan terganti tempatnya karena dia adalah kita, karena kita adalah dia.
Dia memberi tahu tentang 5W1H apapun pertanyaan kita. Dia orang tua, dia
guru,dia kakak, dia adik, dan dia juga diri kita. Ya, jika kita tahu itu,
tentunya kita ingin mengulang dan memutar kembali waktu yang sudah kita lewati,
dan memperbaiki pandangan kita bahwa sahabat sangatlah begitu berarti. Ya,
semua itu sudah tercatat dalam buku harian sanubari... tapi sayangnya kita tak
akan bisa mengulang dari awal kenangan yang tercatat diakhir tahun-tahun
kedewasaan, lagi...
Sumber:
http://m.facebook.com/notes/puisi-artikel-sbgai-ungkapan-isi-hati-islami/wajah-kalian-yang
-akan-segera-sirna-perpisahan/10150602680332083
ingin foto kenangan kita saat kunjungan industri
ini foto saat kita kasih supprise ke guru tercinta kita
ini foto saat kita nonton bareng dikelas pada jam pulang
ini foto kita saat ada kebersihan dan keindahan kelas 

Dimana
ada pertemuan pasti disitulah ada perpisahan . tentu setiap kita tahu bahwa
sebuah hal yang berjudul perpisahan adalah menyakitkan atau paling tidak
menyedihkan.
Tentu
saja kalian penah melewati one day after that saat tamat SMP pasti sudah
merasakan hal yang satu ini. Pas SMP kita dengan beberapa sahabat yang kita
cintai berpisah, tentu sebenarnya kita tidak menginginkannya itu. Tapi karena
dasar “cita-cita”, persahabatan memang kadang mesti harus berpisah. Kita sangat
sulit menerima takdir, kecuali pda sebelumnya kita menciptakan/memberikan
sebuah kenangan yang amat indah dan berkesan.
So,
mulai sekarang mari kita semua curahin semuanya dengan sahabat-sahabat kita. Kalau
perlu simpan kenangan-kenangan itu jangan biarkan kita mampu melupakan
saat-saat putih abu-abu seperti ini berlalu. Ingat hari-hari yang terasa
sempurna, andai kita bisa mengabdikan kesempatan itu. Dalam foto-foto diatas
yang terpampang jelas. Mungkin saat ini kita belum bisa memberikan kebahagiaan,
belum bisa membuat senyum diwajah mereka, sekarang sudah saatnyakita berikan
curahan kebahagiaan yang tertunda, sudah saatnya kita membalas kebaikan mereka
dengan sepenuh hati, jangan sampai dan jangan biarkan kebersamaan kita yang
hanya tinggal hitungan bulan sia-sia karena kita melewatinya dengan biasa, dan
kita masih punya hutang kebahagiaan dengan mereka. Ya, mulai sekarang berikan
yang terbaik untuk sahabat kita. Ciptakan suasana hidup yang jauh lebih hidup
di kelas kita.
Kita semua
tahu kita semua akan berpisah, tapi berikan sesuatu yang terbaik sebelum
perpisahan itu datang, karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi
nantinya dengan sahabat kita, dan ketika itu sudah tidak ada gunanya lagi
penyesalan kita...
0 komentar :
Posting Komentar